Buniyamin S
Genderang perang untuk bersaing dalam Pilkada 2024 sudah mulai terngiang. Banyak pihak mencoba mengutak atik kandidat dan pasangannya. Mulai dari tokok tua dan muda, termasuk memadukan antara tokoh tua dan muda, baik yang sudah kenyang dengan pengalaman atau masih pemula dalam percaturan politik-pilkada.
Yang paling mencolok adalah memadukan tokoh-tokoh dengan keterwakilan di tiga daerah pemilihan, yaitu memadukan tokoh dari daerah pemilihan satu, dua dan tiga. Termasuk bahasan kekuatan finansial yang dimiliki masing-masing kandidat.
Sebagai sebuah harapan dan kenyataan, Gayo Lues membutuhkan sosok tangan dingin dan visi jauh kedepan jika negeri ini ingin bangkit dari berbagai masalah yang ada, seperti menekan sekecil mungkin skat-skat kedaerah via daerah pemilihan yang ada. Dipihak lain bagaimana memupus pikiran para kandidat untuk menjadikan Gayo Lues sebagai lumbung menghimpun keuntungan yang besar dari bermacam celah yang memungkinkan untuk itu.
Untuk mengisi kursi BL 1 B, kita akan berhadapan dengan sosok siapa dan seperti apa nantinya. Apakah hanya pinter menggores harapan dalam visi misi. Pinter menghumbar janji via retorika atau siapa yang memiliki kemampuan finansial. Perkalian itu susah di jawab ketika akar rumput berhadapan dengan kesulitan ekonomi, lapangan kerja yang yang susah dan disatu sisi negeri ini butuh panutan yang mumpuni.
Untuk menjawabnya, radar masyarakat mencoba mengali sosok yang dianggap mampu untuk itu, terlepas dari bermacam kelemahan, kekurangan dan keunggulan.
Sosok yang masuk dalam radar perkalian tersebut adalah, Ali Husin, H.M Amru, Said Sani, Abu Bakar Karim, Ihsan Hasrimy, Herlambang (Lambung). H. Rauh. Idris Arlem, El Amin. Ardi Adji. Zulkufli dan akan muncul beberapa nama lagi.
Berbagai analisa, faktor kemampuan, faktor kecocokan yang mewakili dapil, pengalaman dan lain-lain akan pupus ketika faktor extrim isi saku akan menjadi sisi paling besar dan menentukan dalam meraih dan merebut orang nomor satu dinegeri seribuk bukit ini.
Satu sisi dalam perkalian itu adalah bagaimana sosok yang ingin tampil sudah kehilangan napas dalam rangka mengikuti pileg yang baru digelar. Situasi ini menjadi momen paling ampuh dijadikan peluang sementara pihak untuk mencari dalih bahwa ini adalah kesempatan dan peluang yang menguntungkan.
Tentu ini adalah perkalian yang tidak berbanding lurus dengan penjumlahan dari hasil menambah, mengurang dan membagi.