Menanggapi tulisan ananda Ardi Adji di aranews 6 agustus 2023 mengenai “Akankah Perekonomian Gayo Lues Bisa Berkembang?!” jawabannya seharusnya bisa, hal ini bisa diumpakan seperti pepatah gayo “Koro Beruer, Ume Bepeger”, secara umum dapat di artikan jika ingin sukses atau mendapatkan hasil sesuai harapan, harus punya tatanan atau aturan tersendiri.
Hal lain yang perlu di perhatikan adalah potensi daerah yang dulu pernah ada, namun saat ini di abaikan. Era tahun 1960-1970 an akhir, Gayo Lues di kenal penghasil beberapa komoditas pertanian, perkebunan dan peternakan seperti : Ketan (Beras Pulut), Beras Merah, Jeruk Manis, Kopi, Tembakau, Telur Itik dan Kerbau Pedaging.
Di sektor kerajinan rakyat di kenal dengan Sapu Ijuk, Tikar Pandan dan kerajinan berbahan baku pandan lainnya seperti Sumpit dll. Saat ini kita tidak pernah melihat satupun komoditas dan produk tersebut di perjualbelikan di Gayo Lues terkecuali Kopi dan Getah Pinus.
Namun ada juga komoditas baru seperti Jagung dan Kakao yang hasil panennya langsung di jual tanpa pengolahan lanjutan yang dapat menaikkan added value (nilai tambah) dari kedua komoditas tersebut.
Kiranya sudah saatnya Gayo Lues membentuk sinergitas regional dengan daerah sekitar seperti yang di utarakan penulis dalam paparannya guna menjadikan Gayo Lues sebagai mitra yang baik.
Mohon maaf, terlihat geliat perekonomian Gayo Lues saat ini terkesan seperti : “MERIUK I WAS NI SARA KULEM WE” . Minim sekali perputaran uang yang masuk dari luar, salah satu indikatornya adalah peredaran uang kumal (lusuh) masih menjadi hal biasa terlihat di masyarakat.
Perlu kerja ekstra untuk membangkitkan perekonomian di Gayo Lues.
Berijin. Kebalen, Bekasi 7/8/2023.
Azwir R Djindan Empun Riski.
Penulis adalah tokoh masyarakat
Gayo Lues, tinggal di Jakarta.