ARA NEWS-Blangkejeren: Banyak hal dan pekerjaan rumah yang harus dilakukan dalam kurun waktu lima tahun kedepan. Gayo Lues sebagai daerah yang usianya masih dihitung dengan jari membutuhkan kerja extra, pemikiran luas serta tim yang padu.
Selama ini ada kesan, pemerintah hanya mampu melakukan pekerjaan mengotak atik anggaran dan penempatan bidang dalam satu jabatan. Sadar atau tidak desa selama ini seolah menjadi penonton dalam lapangan sendiri. Desa termajinalkan dalam pembangunan. Pemikiran kita desa seolah mampu dibangun oleh seorang kepala desa akibat anggaran besar yang digelontorkan pemerintah pusat. Kalaupun ada sentuhan lain hanya berupa ADKK dimana tidak semua desa mendapatkannya.
Suhaidi, putra daerah yang berangkat dari birokrat murni memahami akan situasi dan kondisi masyarakat dipedesaan. Desa dengan segala harapannya kedepan harus menjadi prioritas lima tahun kedepan jika masyarakat akan menentukan pilihan untuk dirinya dalam pilkada 2024 ini.
Pekerjaan rumah yang sudah menanti adalah bagaimana memikirkan dan melakukan segala kemampuan yang ada untuk meningkatkan tarap kehidupan yang layak. Meningkatkan perekonomian masyarakat adalah jawabannya.
Problema yang ada terhitung klasik dan menjadi umpan dan retorika dalam setiap pergantian pimpinan daerah. Masyarakat dan masyarakat, itulah selogan yang muncul, namun kita lupa kenapa tidak memberikan yang terbaik untuk mereka, kenapa kita tidak melakukan perbaikan dan ikhtiar itu, kita terjebak dalam situasi dan dalih anggaran yang minim serta keterbatasan daya pikir dalam mengelola sebuah organisasi yang bernama Gayo Lues.
” Jika Allah SWT mengizinkan serta mendapat amanah dari rakyat dalam pilkada 2024 ini. Pembangunan Gayo Lues akan saya mulai dari desa. Dana desa akan kita jadikan pelengkap dalam pembangunan yang dikelola sendiri oleh masyarakat, tinggal polesan program dan anggaran lain akan dikucurkan kedesa sehingga denyut pembangunan desa akan nampak”.
Strategi yang akan diupayakan adalah bagaimana pemerintahan kedepan mampu menggaet dana lebih cepat dan banyak dari pusat. Kita tidak akan selalu menggantungkan diri dari anggaran DAU semata. Dana DAU seperti tahun ini tidak sampai 1 triliun, lebih dari separuhnya sudah dipergunakan untuk anggaran rutin dan gaji pegawai. Kita harus mampu mencari ” UAH JANGKO BUKAN HANYA UAH RULUH”. (*)