Dilansir oleh Buniyamin dari Halaman alabaspos November 22, 2023
Adri Istambul Lingga menjelaskan, bahwa penjajah Belanda yang mejadi penyebab terpisahnya antara Karo dan Gayo. Para kolonial Belanda sudah banyak membuat buram sejarah Karo dan Gayo, mereka sengaja melakukan ini demi kepentingan mereka pada masa itu, Semua di ungkap pada kegiatan seminar budaya Gayo waktu lalu yang bertempat di Pendopo Bupati Gayo Lues (Bale Musara).
Disini juga di terangkan , ketika Raja Sibayak Lingga dengan gelar raja Senina mempersunting 3 putri Karo sebagai istrinya , dan mempunyai anak, yang mana raja memiliki lima anak perempuan dan lima anak laki-laki, Sibayak Lingga Sebananam, Sibayak Lingga Ahad, Sibayak Lingga Raja kin lingga, Sibayak Lingga Mbisa dan terakhir Sibayak Lingga Umbat, Mereka semua tinggal berdomisili di Desa Lingga.
Sebelum kedatangan agama Islam di Tanah Gayo, kerajaan Linge diyakini sebagai kerajaan yang memiliki pengaruh yang sangat besar, tidak sedikit keturunan Raja Linge keluar dari Linge dan perpengaruh pada kerajaan lain, baik pada kerajaan yang ada dalam kawasan Bukit barisan maupun seperti di kerajaan di tanah Batak, kerajaaan di Tanah Minang maupun ke Riau (kerajaan Lingga), Malaysia dan filipina, Linge sendiri dalam bahasa Gayo diartikan “Suaranya atau suara dapat juga diartikan sebagai gema) ini bermakna bahwa kerjaan Linge tersebut raja atau Dinastynya memiliki suara sebagai ucapan yang dipatuhi, Linge merupakan perintah, titah raja harus didengar dari suara saja, mungkin membuat masyarakatnya ataupun musuhnya sudah ketakutan, akibat kesaktian yang tinggi dimiliki oleh Raja-Raja Linge .
Andri juga menceritakan, sang leluhur Raja Natang Negeri telah mewariskan bawar kepada Raja Senina Lingga . Sedangkan Raja Natang Negeri merupakan putra dari Reje Linge I dari Kerajaan Linge Gayo.
Pada saat itu Natang Negeri, merantau ke Tanah Karo, dan mempersunting tiga gadis Karo, yaitu Beru Sebayang, Beru Ginting, dan Beru Tarigan Nagasaribu. lahir lah seorang putra Sibayak Lingga (Raja Senina Lingga) dari istri beru sibayang.
Dan pada masa kekuasaan Raja Sibayak Lingga, kesultanan Aceh sebagai kerabat dekatnya pernah memberikan pisau bawar dan bendera bertuliskan kalimah Syahadat, “ kami masih menyimpan baik kedua benda sejarah itu, jadi kalau ada yang mengaku memiliki pisau bawar itu selain dari kami, itu sudah jelas palsu, “ ujar Adri.
Jadi hubungan antara Gayo dan Karo itu tidak pernah hilang atau terputus sampai saat ini di buktikan oleh sejarah. Jelas Adri Istambul Lingga Gayo.Edi Ssutami)