Laporan : Bambang Yudi
Lesten, 17 September 2023
Jalan merupakan sarana utama dalam menunjang peningkatan ekonomi pada suatu daerah. Keberadaan sarana jalan yang memadai, akan mendorong peningkatan ekonomi masyarakat. Suatu daerah yang tidak memilki sarana jalan ekonominya cenderung tertinggal. Jalan merupakan sarana vital urat nadi bagi perekonomian masyarakat.
Kabupaten Gayo Lues yang berada di wilayah Tengah Aceh, tepatnya di gugusan Pegunungan Bukit Barisan. Di Lembah Pegunungan Leuser, merupakan daerah yang sangat subur.
Gayo Lues dikenal dengan Negeri Seribu bukit yang memiliki berbagai potensi sumber alam yang sangat melimpah, baik dibidang pertanian, perkebunan pertambangan dan energi, juga disektor wisata.
Sayangnya, Gayo Lues masih tergolong daerah termiskin dan tertinggal. Salah satu faktor karena sarana jalan yang tidak memadai, berdampak terhadap lemahnya perputaran ekonomi masyarakat, semua barang kebutuhan menjadi mahal, sebaliknya produksi pertanian sangat murah, akibat sarana jalan yang tidak memadai hingga mempengaruhi mahalnya ongkos produksi dan transportasi.
Dalam mempercepat pengentasan kemiskinan dan mengangkat ekonomi masyarakat, pemerintah Kabupaten Gayo Lues terus berupaya membangun berbagai sarana jalan dan jembatan. Baik jalan menuju ke sentra-sentra pertanian, perkebunan dan pusat pasar, maupun jalan antar kabupaten menuju ke pesisir Aceh Timur dan Selatan, serta jalan antar provinsi seperti menuju pusat pasar yang ada di Medan Sumatera Utara.
Salah satunya gagasan pembangunan jalan yang dianggap penting bagi perkembangan ekonomi masyarakat adalah peningkatan jalan dari Gayo Lues via Lesten menuju ke Pulo Tiga Aceh Tamiang. Ini merupakan jalan strategis bagi peningkatan ekonnomi masyarakat kedua Daerah.
Jalan terobosan yang akan di tingkatkan oleh dua kabupaten ini berjarak kurang lebih 21 kilo meter . Dengan perkiraan dari Lesten ke perbatasan Tamiang berjarak 8 kilo meter dan dari perbatasan Gayo Lues ke Desa Kalul Pulo Tige Tamiang sekira 14 kilo meter. Sementara jarak dari Blangkejeren pe rbatasan Tamiang 61 km, dan dari perbatasan Gayo Lues Simpang Semadam 53 kilo meter. Dengan total jarak Blangkejeren Simpang Semadam 114 kilo meter
Selama ini masyarakat Gayo Lues dalam memenuhi kebutuhan ekonominya baik membeli dan menjual hasil bumi cenderung ke pusat pasar yang ada di Kota Medan Sumatera Utara di angkut melalui jalur Blangkejeren Tanah Karo yang berjarak 315 kilo meter dengan waktu tempuh mencapai 10 jam lebih.
Bila akses jalan Balangkejeren Lesten – Tamiang Pulo Tiga dapat terwujud bisa memangkas waktu tempuh 3 jam dan mempersingkat jarak tempuh 70 kilo meter.
Akses jalan Gayo Lues-Tamiang akan menjadi urat nadi perekonomian yang baru bagi masyarakat kedua daerah. Hasil pertanian dan perkebunan masyarakat Gayo Lues yang selama ini hanya tergantung dengan pasar yang ada di Medan, bisa beralih kepesisir timur, sebaliknya produk-produk kerajinan dan makanan dari pesisir timur dapat dipasarkan ke Gayo Lues.
Dengan adanya pelabuhan Kuala Langsa di Kota Langsa dan Krueng Guku di Aceh Utara, dapat memfasilitasi ekspor infor hasil produksi pertanian dan perkebunan Gayo Lues ke Manca Negara.
Disamping itu pada sektor wisata, Gayo Lues akan mengalami peningkatan. Masyarakat Tamiang juga tidak perlu jauh-jauh ke Berastagi untuk menikmati udara segar dan keindahan alam pegunungan , cukup datang ke Gayo Lues melalui akses jalan Lesten Pulo Tiga yang berjarak sekira 100 kilo meter sudah dapat menikmati udara segar dan pemandangan alam pegunungan yang luar biasa indahnya.
Jalan Gayo Lues Tamiang akan menjadi akses pendukung keberadaan jalan Tol Aceh Sumetera. Guna mempersingkat jarak ke Medan masyarakat Gayo Lues tentunya akan menggunakan akses jalan Tol yang melintasai Aceh Tamiang.
Jalan Lesten pulo Tiga sebenarnya sudah ada sejak jaman penjajahan Belanda, namun jalan tersebut hanya jalan setapak.
Pada tahun 90-an, jalan dari Kalul ke Lesten di buka oleh pengusaha kayu hingga mencapai bibir sungai Lesten. Pada masa komplet Aceh, pengusaha kayu hengkang dan jalanpun terbengkalai menjadi semak belukar kembali. Pada tahun 2017 yang lalu jalan di buka melalui karya bhakti TNI sepanjang 3 km, kemudian pada tahun 2019 pemerintah membangun akses jembatan Bailey di sungai Lesten. Selang setahun pada bulan juni tahun 2020 jembatan Bailey ambruk di hantam Banjir.
Demi kepentingan masyarakat pedalaman Gayo Lues serta pembanguan ekonomi masyarakat Aceh. Tahun 2023 ini PJ. Gubenur Aceh, Mayjen TNI Purnawirawan Achmad marzuki merencanakan kembali pembangunan jalan tembus Gayo Lues Aceh Tamiang Via Lesten Pulo Tiga. Pemerintah Aceh akan membangun melalui karya Bhakti TNI. Diharapkan dukungan masyarakat Aceh dalam merealisasikan jalan tembus Gayo Lues Aceh Tamiang.
Saat melakukan surve jalan Lesten – Pulo Tiga Tamiang Pj Bupati Gayo Lues Alhudri menyebutkan dalam meningkatkan ekonomi masyarakat salah satu faktor terpenting adanya sarana jalan. Tampa sarana jalan yang memadai ekonomi masyarakat sulit untuk berubah. Rencana pembangunan jalan Gayo Lues Aceh Tamiang merupakan upaya dalam pemerintah Aceh dalam mempercepat peningkatan ekonomi masyarakat, tidak saja Gayo Lues tetapi dampaknya bagi Kabupaten Aceh Pesisir Timur. Sarana jalan akan meningkatan silatuhrahmi antar kabupaten dan memperkuat keutuhan persatuan kesatuan bangsa dan negara.
Begitu juga ketua DPRK Gayo Lues Ali Husin sangat mendukung pembangnan Jalan Gayo Lues Aceh Tamiang, Menurutnya jalan tersebut sudah di rencanakan sejak lama, namun karena keterbatasan dana pemerintah daerah belum bisa merealisasikan. Selain jalan Ali Husin berharap pembangunan jembatan Lesten akan di upayakan oleh pemerintah Aceh.
Jalan tembus Gayo Lues – Tamiang merupakan impian bagi masyarakat Gayo Lues dan Aceh Pesisir Timur. Jalan ini sangat dinanti-nantikan oleh masyarakat. Diharapkan jalan tersebut bisa segera direalisasi oleh pemerintah Aceh.
Masyarakat sangat yakin jalan tersebut dapat membantu masyarakat Gayo lues keluar dari berbagai permasalahan, terutama dalam mengentaskan kemiskinan dan menghapus kebodohan.